Skip to main content

Reverensi Kuliah

Tugas Mata Kuliah PPD


Perkembangan Peserta Didik Usia 1-5 Tahun

USIA ANAK SATU SAMPAI DENGAN LIMA TAHUN

      A.    Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik     dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman dan belajar.

1.      Perkembangan sesudah tahun pertama
Perkembangan sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental. Misalnya perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian ditandai oleh perkembangan tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat harus tumbuh dan menjadi stabil sebagai latar belakang struktural tingkah laku yang akan datang.dalam tahun pertama harus dibuat suatu basis bagi timbulnya tingkah laku lekat yang nanti akan memegang peranan yang esensial sepanjang hidup.
Secara singkat ada 8 tanda-tanda esensial yang dapat disebutkan dalam perkembangan seorang anak antara akhir tahun pertama dan permulaan usia 4 tahun.
Dalam periode ini terjadi kemajuan yang sangat pesat. Kemungkinan-kemungkinan yang ada pada permulaan periode ini, dapat dilihat pada akhir periode tersebut pada suatu kenyataan.
Kemajuan-kemajuan itu adalah :
1.      Pada permulaan periode ini anak bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan. Bila anak mencapai usia 4 tahun ia dapat meloncat-loncat, memanjat, merangkak dibawah meja dan kursi, dapat melakukan gerakan-gerakan yang kasar dan halus dengan tangan, kaki, dan jari-jarinya. Dalam hal motorik praktis ia dapat mandiri.
2.      Pada usia 4 tahun maka tangan dan mata bekerja sama dalam koordinasi yang baik, anak lebih dapat mengadakan orientasi dalam situasi-situasi yang tidak asing.
3.      Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa.
4.      Pada akhir periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda menurut warna dan bentuknya, membedakan suara keras dan lembut, ia mengerti nama benda-benda dan dapat menanyakan nama benda yang belum diketahuinya.
5.      Pada usia 4 tahun anak sedikit benyak sudah mengerti ruang dan waktu.
6.      Pengertian akan norma-norma pada anak usia 4 tahun juga sudah ada. Kata-kata “baik”, “buruk”, “tidak boleh”,”jangan”, dan sebagainya merupakan tanda-tanda untuk mengatur tingkah laku.
7.      Kebutuhan untuk aktif, untuk berbuat sesuatu makin lama makin ditentukan secara kognitif, atinya: perbuatan dan tingkah lakunya tidak lagi ditentukan secara kebetulan sesuai dengan apa yang ada; anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukannya. Dalam batas-batas tertentu anak sudah mempunyai perspektif masa depan.
8.      Anak tidak hanya menginginkan ada bersama-sama dengan orang dewasa, melainkan ia sudah menginginkan dapat bergaul secara aktif dengan mereka.
Sampai sekarang belum diberikan perhatian terhadap suatu hal yang penting dalam perkembangan anak, yaitu mengenai permanensi objek yang tidak boleh dikacaukan dengan konstansi besar dan bentuk.

2.      Perkembangan Fisik, Psikomotor dan fisiologis
Perkembangan anak antara akhir tahun pertama dan tahun ke empat terjadi dengan kemajuan-kemajuan yang pesat. Anggota-anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda. Umur kerangka (skelet) dapat dilihat dari pergeseran tulang pada tangan anak. Seorang anak dapat mempunyai umur kerangka 4 tahun sedangkan umur kronologisnya adalah 6 tahun.
Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Sekitar tahun kelima mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936). Hal ini berarti bahwa anak yang sampai sekarang mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek akan mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota badannya menjadi lebih panjang, perutnya mengecil dan kepalanya dibanding dengan bagian-bagian badan yang lain mendapatkan proporsi yang normal. Semua jaringan-jaringan tulang dan urat daging lebih berkembang, menjadi lebih berat. Jaringan lemak bertambah lebih lambat. Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging secara cepat (Gestatwandel kedua mulai sekitar umur 10 tahun, yaitu pada waktu mulainya pubertas atau pada waktu mulainya perkembangan seksualitas).
Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara belajar orang dewasa. Belajar berjalan banyak berhubungan dengan proses-proses pemasakan yang dapat berjalan maka ia juga akan mencoba untuk berjalan dengan berbagai variasi, misalnya berjalan mundur (± sekitar 17 bulan) dan berjalan di atas tumit (± sekitar 30 bulan).
Sekitar bulan ke-18 anak mencoba untuk lari, tetapi gayanya masih menyerupai gaya berjalan. Pada usia 2 atau 3 tahun anak betul-betul dapat lari, tetapi ia belum mampu untuk berhenti dengan cepat atau untuk membalik. Pada usia 4 sampai 5 tahun anak sudah dapat lari seperti orang dewasa dan dapat menggunakan kemampuannya ini dalam aktifitas-aktifitas permainannya.
Sesudah dapat berjalan dengan baik, anak juga belajar untuk berjalan memanjat dan menuruni tangga. Sekitar 18 atau 20 bulan anak dapat memanjat tangga dengan bantuan orang lain. Menuruni tangga baru dapat dilakukan kemudian. Disamping perbedaan-perbedaan perseorangan dapat dikatakan bahwa 90% anak pada usia 6 tahun sudah menjadi pemanjat-pemanjat yang baik.
Sekitar 2 atau 3 tahun anak juga belajar meloncat-loncat, berjingkat-jingkat dan berbagai variasi berjalan yang lain. Sekitar 29 bulan anak dapat berdiri di atas sebelah kaki. Anak usia 3 tahun masih mempunyai kesukaran untuk menangkap bola atau untuk memukul bola dengan tongkat. Sekitar usia 4 tahun anak sudah agak pandai untuk melakukan hal itu. Pada anak usia ini anak juga banyak belajar berbagai macam koordinasi visio-motorik. Aktivitas-aktifitas senso-motorik telah dapat diintregai menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Apa yang dilihat dengan mata harus dapat dipindahkan dengan motoriknya menjadi sebuah pola tertentu. Sekitar tahun ke-4 juga semua pola lokomotorik yang biasa sudah dapat dikuasainya.
Perkembangan perseptual atau perkembangan pengamatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor keliling. Perkembangan pengamatan yang terjadi pada waktu ini adalah perkembangan pengamatan bentuk.
Latihan kebersihan juga termasuk perkembangan psikomotorik karena latihan kebersihan membutuhkan pemasakan urat-urat daging alat-alat pembuangan. Anak harus mampu untuk menguasai urat daging alat-alat pembuangannya pada waktu hendak buang air kecil atau buang air besar. Anak baru mampu melakukan hal ini pada usia kurang lebih 15 bulan.

3.      Perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial
a.       Tingkah laku lekat sesudah umur satu tahun
Tingkah laku lekat dapat ditinjau dari dua macam segi. Segi yang satu menunjukkan bahwa tingkah laku lekat terjadi karena proses belajar, sedang segi yang lain menyatakan bahwa tingkah laku lekat tersebut merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai ciri khas untuk bercakap-cakap, untuk mengadakan manipulasi dan eksplorasi benda, untuk mencari kontak dengan manusia lain. Dari cirri-ciri khas inilah timbul tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang sudah ada sebelum proses-proses belajar dapat terjadi. Dalam hubungan yang dinamis yang merupakan sifat khas hubungan antara ibu(pengasuh) dan anak, maka tingkah laku lekat dapat dipandang sebagai “sifat struk-tural dari hubungan ibu dan anak” (Hartub, 1973, h. 17).
Pendapat yang dikemukakan baru mengenai pendapat tentang tingkah laku lekat pada tahun pertama. Dalam hal ini ada dua teori: 1) teori diferensiasi dan 2) teori parallel.
1). Teori diferensiasi
      Teori ini didasarkan pendapat Bowlby (1951). Sejak lama kelekatan dan ketergantungan dianggap mempunyai arti yang sama. Kenyataannya dua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Pada kelekatan maka anak mencari kontak sosial tetapi juga suatu sikap penuh kehangatan dan kasih sayang. Dalam hal ini anak mempunyai pilihan terhadap orang-orang tertentu: pertama adalah ibunya, ayahnya atau anggota-anggota keluarga yang lain.
Menurut teori diferensiasi anak dianggap relatif mempunyai kelekatan dengan ibunya sampai kurang lebih 6 tahun; baru sesudahnya anak akan mengadakan ikatan dengan orang-orang dewasa yang lain.
Dalam teorinya kemudian, Bowlby (1972) mengemukakan bahwa sesudah umur 3 tahun kebanyakan anak makin dapat merasa aman dalam situasi asing bersama dengan objek lekat pengganti, misalnya dengan saudaranya atau gurunya. Namun begitu perasaan aman semacam semacam itu ada persyaratannya. Pertama figur pengganti tadi harus dapat dikenal oleh anak. Kedua, anaknya sendiri harus ada dalam kondisi sehat.

            2). Teori Paralel
Teori Paralel mengenai tingkah laku lekat mengatakan bahwa sampai dengan umur satu tahun anak akan mencari objek lekat pada satu orang, biasanya ibunya. Sesudah umur satu tahun maka orang dewasa lain atau anak-anak sebaya akan bisa menjadi objek kelekatan.
Kelekatan anak pada anak sebaya dapat memberikan banyak pengaruh terhadap pelajaran tingkah laku.
Bila kita tinjau kejadian-kejadian yang kompleks yang berhubungan dengan perkembangan sosial dan kepribadian tersebut, timbul dua pertanyaan sebagai berikut:
(1)   Kemungkinan interaksi apakah yang ada pada anak dan
(2)   Proses interaksi apakah yang timbul yang membawa ke arah suatu perkembangan tingkah laku.
Tingkah laku sosial interaktif seperti tingkah laku koperatif, altruistis dan agresif banyak dipengaruhi oleh latar belakang struktural yang disebut “role taking” (atau ambil alih peran) dan egosentrisme. Makin berkembang ambil alih peran makin kecil egosentrisme dan sebaliknya. Ambil alih peran dan egosentrisme tetap ada sepanjang hidup orang tetapi mempunyai sifat yang saling menghambat.
Egosentrisme adalah pemusatan pada diri sendiri dan merupakan suatu proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah laku anak; pengamatan anak banyak banyak ditentukan oleh pandangan sendiri; anak juga belum mempunyai orientasi mengenai pemisahan subjek-objek.

4.      Perkembangan Bahasa
a.       Permulaan bicara : meraban (mengoceh)
Suara pertama yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan. Tangis pertama berguna memungkinkan anak dapat bernafas, karena mulai saat itu anak harus bernafas sendiri. Suara-suara yang dapat dibedakan antara suara tangis dan ocehan. Tangis menunjukkan tak senang sedangkan ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasan. Meraban dan mengoceh mempunyai variasi yang lebih banyak daripada menangis.
b.      Kalimat satu kata dan kalimat dua kata
Satu kata yang diucapkan oleh anak harus dianggap sebagai satu kalimat penuh. Mulai kurang lebih 6 bulan maka fonem-fonem digabung menjadi kombinasi suara yang lebih kompleks. Kombinasi suara terutama dilakukan dengan bibir dan ujung lidah. Kata pertama misalnya ma-ma, ba-ba, da-da.
Di antara bulan ke-18 dan ke-20 (dengan kemungkinan penyimpangan yang banyak) datanglah kalimat dua kata yang pertama. Dalam bahasa anak ada dua kelompok kata yang spesifik, yaitu kata pivot dan kata terbuka. Kelompok yang pertama sering dipakai anak dan kelompok kedua jarang dipakai anak.
Contoh :
Pivot
Terbuka
Gi (pergi)
Susu
Gi (pergi)
Mama
Gi (pergi)
Oto

Kata pivot yang sama dapat berbeda-beda artinya dalam kombinasi dengan kata terbuka yang berlainan.
“Gi susu” dapat berarti bahwa anak tidak mau minum susu lagi, “Gi mama” berarti anak ingin bepergian dengan mamanya, sedangkan “Gi oto” berarti otonya baru saja pergi. Jadi yang penting adalah intensitas semantiknya, yaitu arti daripada apa yang dimaksudkan.
c.       Kalimat tiga kata
Perubahan ini terjadi kurang lebih antara bulan ke-24 dan bulan ke-30. Meskipun mula-mula masih mirip dengan bentuk kalimat dua-kata secara struktural, namun segera terjadi suatu differensiasi dalam kelompok kata-kata, suatu kecakapan verbal anak yang menyebabkan banyak kata-kata dimasukkan dalam klasifikasi baru. Dengan lain perkataan anak mengatur kembali kata-kata dalam bahasanya.
d.      Penelitian mengenai kecakapan berbahasa
Penelitian bahasa pada umumnya dibedakan antara:
a)      Perkembangan fonologis – atau penguasaan sistem suara/bunyi.
b)      Perkembangan morfologis – atau penguasaan pembentukan kata-kata.
c)      Perkembangan sintaksis – atau penguasaan tata bahasa.
d)     Perkembangan leksikal – atau penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahuan mengenai arti kata-kata.
e)      Perkembangan semantis – atau penguasaan arti bahasa.

5.      Anak dan keluarga
a. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Anak Balita
Lingkungan sosial pertama yang dikenal anak ialah keluarga. Itu sebabnya pengaruh orang-orang berperan sangat besar bagi anak khususnya pada masa Balita karena sebagian besar waktu anak ialah dalam keluarga. Dalam hal ini orangtua adalah orang terpenting bagi anak di samping saudara, kakek dan nenek, pembantu serta teman-teman sepermainan.
Itu sebabnya segala sesuatu yang dialami dan diajarkan keluarga menjadi dasar bagi pembentukan kepribadian anak.
b. Orangtua Sebagai Pendidik
Peran keluarga secara khusus orangtua sebagai pendidik sejalan dengan seruan Presiden Megawati dalam pidato tertulisnya pada peringatan ke-19 Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003.
“Pentingnya tanggung jawab orangtua dalam membekali dan menciptakan iklim yang baik kepada anak, sehingga mereka dapat tumbuh dengan baik dan mampu memberi makna bagi kehidupan mereka, keluarga, nusa, dan bangsa”.
Pentingnya peran orangtua dalam pendidikan anak. Kepala keluarga yang dipercayakan untuk menjadi pimpinan harus dapat membuktikan bahwa anak-anaknya telah percaya dan mampu menjadi saksi.

6.      Minat pada awal masa kanak-kanak
Ada beberapa minat yang berlaku umum diantara anak-anak. Minat-minat ini meliputi:
a.       Minat pada Agama
Keyakinan agama, sebagian besar tidak berarti bagi anak-anak meskipun mereka menunjukkan minat dalam ibadah, tetapi karena banyaknya masalah yang dijelaskan dalam agama seperti adanya kematian, kelahiran, maka keingin tahuan anak menjadi besar. Akan tetapi minat pada masa kanak-kanak bersifat egosentris, misalnya: waktu berdo’a.
b.      Minat terhadap diri-sendiri
Anak menunjukkan minat pada dirinya sendiri melalui banyak cara, yang paling sering adalah dengan mengamati dirinya melalui kaca, meneliti bagian tubuh dan pakaiannya. Mengajukan pertanyaan tentang dirinya, membandingkan milik dan prestasi teman-temannya.
c.       Minat terhadap seks
Banyak anak memperhatikan minat mereka terhadap seks dengan membicarakannya dengan teman-teman bermain.
d.      Minat terhadap bermain
Anak-anak menaruh minat terhadap pakaian pada umumnya, tetapi khususnya pada pakaian yang akan dilihat orang lain. Misalnya, orang-orang diluar akan melihat jas, sepatu, dan sebagainya. Yang menjadi pusat perhatian adalah baru atau tidaknya pakaian, warna dan hiasannya.

7.      Arti bermain pada Anak
Anak tidak memisahkan bermain dan bekerja. Bagi anak, bermain merupakan seluruh aktifitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan merupakan metode bagaimana mereka mengenaal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dll.
Anak memerlukan variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan emosinya. Melalui bermain, anak tidak hanya menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak tidak sekedar melompat, melempar, atau berlari. Tetapi mereka bermain dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan bermain sepanjang aktivitas tersebut. Dengan bermain anak mendapatkan pengalaman hidup yang nyata. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan masalah dll.
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreatifitas, dan sosial. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif, dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.

8.      Bahaya pada masa awal kanak-kanak
a.       Bahaya fisik
Bahaya fisik awal masa kanak-kanak menimbulkan reaksi psikologis maupun terutama fisik, terutama penyakit, kecelakaan dan kejanggalan.
Kecelakaan seperti : kematian, Penyakit, kecelakaan, dsb.
Kejanggalan seperti : Kegemukan dan tangan kidal
b.      Bahaya psikologis
semua perilaku anak dikaitkan denagn potensi bahaya yang dapat membawa akibat buruk pada penyesuaian pribadi dan sosial misalnya,bahaya dalam berbicara, bhaya emosional, bahaya sosial, bahaya bermain dan bahaya dalam perkembanagan konsep dsb.





RPP BAHASA INDONESIA Kelas IX KD 7.1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )


Nama Sekolah             : SMA N  1 Wadaslintang
Mata Pelajaran          : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester         : IX/1
Standar Kompetensi    : 7.  Memahami wacana sastra mnelalui kegiatan membaca buku kumpulan cerpen
Kompetensi Dasar      : 7.1. Menemukan tema, latar penokohan pada cerpen –cerpen dalam satu  buku kumpulan cerita pendek ( cerpen )
Alokasi waktu             : 4 x  40 menit ( 2 pertemuan )

1.   Tujuan Pembelajaran
-  Pertemuan Pertama:
o   Peserta didik dapat Membaca buku kumpulan  cerpen.
  - Pertemuan Kedua :
o   Peserta didik Menunjukkan keterkaitan antarunsur cerpen sebagai dasar pembulat cermatan makna cerpen secara utuh.


v  Karakter siswa yang diharapkan :          Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
2.   Materi  Pembelajaran
      Cara menemukan unsure-unsur cerpen
      a. Menemukan dan menyimpulkan tema
      b. Menemukan latar dan alur cerpen
      c. Menemukan tokoh dan karakter tokoh serta amanat dalam cerpen

3.   Metode Pembelajaran
      a. Pemodelan
      b. Inkuiri
      c. Penugasan

4.   Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
      Pertemuan Pertama dan kedua.
      a. Kegiatan Awal
Apersepsi :
          1. Peserta didik membaca cerpen dari buku kumpulan cerpen
          2. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerpen
Memotivasi :
Menentukan  tema, latar,  penokohan dan amanat dalam tiap-tiap cerpen

      b. Kegiatan Inti   
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F  mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat
F  memfasilitasi Peserta didik supaya dapat Membaca buku kumpulan  cerpen.
F  Peserta didik Menunjukkan hubungan dan keterkaitan antarunsur cerpen sebagai dasar pembulatcermatan makna cerpen secara utuh.
F  melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F  menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
F  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
F  melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F  memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F  memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
F  memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
F  memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang  menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan peserta didik
F  memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
F  memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
F  memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
Ø  berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
Ø  membantu menyelesaikan masalah;
Ø  memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
Ø  memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
Ø  memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
F  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

c. Kegiatan Akhir
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F  Memberikan simpulan pelajaran yang telah diajarkan
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5.   Sumber Belajar
      a. Buku kumpulan cerpen terbaik kompas 2010
      b. Buku pelajaran bahasa Indonesia
       c. Buku referensi

6.   Penilaian
·       Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
·        Mampu menentukan tema cerpen dan alurnya
·        Mampu menemukan latar cerpen dan buktinya
·        Mampu menemukan karakter tokoh cerpen  dan amanatnya

Penugasan individual/ke-lompok
Proyek
·    Bacalah buku kumpulan cerpen  kompas 2010 kemudian tentukan tema, alur, latar dan penokohan dalam cerpen dengan bukti-bukti pendukungnya! (pilih 3 cerpen)
·    Analisislah keterkaitan antarunsur (tema, latar, dan penokohan) untuk memaknai cerpen-cerpen itu! (Waktu: 1 minggu).
     
      1. Tentukan kesimpulan tema cerpen yang and abaca !
              Kegiatan
Skor
1. Peserta didik menuliskan secara lengkap
2
2. Peserta didik menuliskan tidak lengkap
1
3. Peserta didik tidak menuliskan apa-apa
0
                                               
      2. Tentukan Latar Cerpen yang anda baca!
                          Kegiatan
Skor
1. Peserta didik menentukan latar, tema dan alur
2
2. Peserta didik tidak menentukan latar , tema dan alur
1












      3. Tentukan karakter masing-masing tokoh utama maupun tokoh pendamping dalam cerpen !
                                      Kegiatan
Skor
1. Peserta didik menentukan secara tepat dan lengkap
2
2.Peserta didik menentukan karakter tokoh lengkap tapi kurang lengkap
1
3. Peserta didik tidak menentukan karakter
0


                                                                                                           
Mengetahui
Kepala Sekolah,


Purworejo,              2012
Guru Mata Pelajaran,




Wahyu Detriantoro


Lampiran

Materi Pembelajaran

Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu hasil karya sastra prosa. Cerpen dibangun dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Sebaliknya, unsur ekstrinsik merupakan unsur yang memengaruhi karya sastra dari luar. Unsur intrinsik cerpen antara lain tema, penokohan, dan latar.
1. Tema
Tema merupakan ide yang mendasari pembuatan sebuah cerita. Kamu bisa menemukan tema dari rangkaian peristiwa dalam cerita. Sebuah cerita bisa bertema persahabatan, kasih sayang, atau persaudaraan.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Tokoh-tokoh dalam cerita biasanya mempunyai sifat dan kebiasaan tertentu. Selain itu, tokoh dalam cerita juga mempunyai bentuk fisik tertentu. Penggambaran sifat dan bentuk fisik tokoh inilah yang dinamakan penokohan. Penokohan dibuat oleh penulis cerita. Penokohan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara penokohan dapat kamu ketahui dari penjelasan berikut.
a. Menyebutkan langsung sifat, kebiasaan, dan bentuk fisik tokoh.
    Contoh:
Si Mumu anak yang jorok. Rambutnya panjang tidak pernah disisir. Ia tidak pernah mandi. Apalagi keramas. Rambutnya jadi bau dan tidak teratur.
b. Tidak langsung menyebutkan sifat, kebiasaan, dan bentuk fisik tokoh. Sifat dan kebiasaan tokoh dapat dilihat dari hal berikut.
1) Dialog antartokoh
Contoh:
”Kamu tahu gak Si Mumu?” kata Ito. ”Tahu. Itu kan anak yang jorok,” timpal Kiki. ”Sebenarnya dia anak yang baik, lho. Tapi sayang dia tidak pernah mandi. Dia juga tidak pernah keramas,” balas Ito. ”Lihat saja rambutnya, bau dan berantakan,” sergah Kiki.
2) Cerita tokoh lain
Contoh:
”Tahu gak Si Mumu? Dia itu anak yang jorok. Gak pernah mandi. Apalagi keramas. Rambutnya jadi bau dan kusut. Mana pakaiannya tidak pernah rapi. Kok ada ya anak yang seperti Mumu.”
3. Latar atau Setting
Latar merupakan keterangan tempat, sosial, dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar juga memuat keterangan tentang keadaan tokoh. Latar dibagi menjadi tiga.
a. Latar Tempat
Latar tempat berhubungan dengan letak, tempat, dan ruangan terjadinya peristiwa.
Cakap Berbahasa Indonesia Kelas IX 33
b. Latar Sosial
Latar sosial menggambarkan kedudukan sosial tokoh dalam cerita. Latar sosial juga membahas pekerjaan, adat, dan religi tokoh cerita. Selain itu, latar sosial juga menggambarkan suasana yang terjadi. Suasana yang terjadi bisa suasana gembira, sedih, atau panik.
c. Latar Waktu
Latar waktu berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa. Bisa menunjukkan hari, tanggal, bulan, tahun, malam, atau musim. Bahkan, latar bisa menggambarkan zaman atau periode tertentu.

Perhatikan kutipan ini!
Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya. Di ruangan itu tersimpan buku-buku koleksi ayahnya. Ruangan itu dialasi tikar lampit Kalimantan. Sangat nyaman. Arya dan Astri betah berlama-lama membaca di situ. Ibu Arya yang seorang guru, juga sering mengoreksi soalsoal ulangan di situ. Sekarang ini lampu ruangan itu mati. Ayah belum sempat menggantikan dengan lampu baru. Arya mengintip sekali lagi. Namun, ia tidak bisa melihat jelas karena ruangan itu agak gelap. Sore itu tidak ada seorang pun di rumah kecuali Arya. Ayah dan ibu mengantar Astri ke dokter gigi. Arya mulai gelisah. Ia ingin sekali masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh dering telepon. Ternyata dari Dani, teman sekelasnya.
Oleh: Lestari Danardana (Bobo No. 30/XXX)

Kutipan cerpen di atas mengandung tiga jenis latar seperti berikut.
a. Latar Tempat
Kutipan cerpen mempunyai latar tempat di sebuah rumah, khususnya ruang makan. Latar tempat ditunjukkan kalimat berikut. Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya.

b. Latar waktu
Peristiwa yang terjadi dalam kutipan cerpen tersebut sore hari. Ini berarti kutipan cerpen tersebut mempunyai latar waktu sore hari. Latar waktu sore hari ditunjukkan kalimat berikut.
Arya mengintip sekali lagi. Namun ia tidak bisa melihat jelas karena ruangan itu agak gelap. Sore itu tidak ada seorang pun di rumah kecuali Arya.

c. Latar sosial
Latar sosial yang tampak dalam kutipan cerpen menggambarkan peran Arya sebagai seorang anak. Latar suasana juga tampak dalam kutipan cerpen. Suasana yang ada dalam kutipan cerpen 34 Pelajaran III Peristiwa Alam






















LKS

Bacalah kutipan cerpen berikut ini!

Peristiwa di Bukit Subang
Oleh: Soewardi Idris


Abidin jarang-jarang datang ke kota. Kalau tidak ada sesuatu yang penting atau harus dibelinya di kota, ia lebih senang tinggal di kampung, bekerja di sawah atau di ladang, atau membangun rumahnya yang terbakar sewaktu pemberontakan dulu. Kalau sesekali kami bertemu, biasanya pertemuan itu sangat hangat. Kami kembali menceritakan peristiwa-peristiwa yang dulu kami alami selama di hutan.
Dahulu kami sepasukan. Itulah sebab mengapa aku begitu kenal kepadanya. Dialah lelaki yang tidak banyak omong, tapi kalau sekali ia berkelakar, lucunya bukan main. Abidin adalah seorang pemuda kampung yang agak pendiam, tapi selalu bersungguh-sungguh. Ia ibarat danau yang tenang, namun dalamnya sukar
untuk diduga.
Sekali kami berjumpa lagi. Dia baru saja kembali dari kota. Di tangannya terpegang sebuah bungkusan berisi kain yang baru dia beli.
Dahulu, kalau kami memuji-muji Nago, Abidin kurang suka mendengarkannya. Mengapa ia berbuat demikian, barulah kini dapat aku pahami. Tapi sekarang ini, kalau aku terlalu banyak menyebut-nyebut Nago, wajah Abidin lekas sekali berubah. Air matanya akan berlinang, seolah-olah ada yang menekan hatinya. Tapi Nago sudah tidak ada lagi. Dia telah mati terbunuh di Bukit Subang, suatu tempat yang letaknya tak jauh dari
Lubuk Selasih.
Nago adalah komandan peleton kami. Dia selalu kelihatan gagah karena pembawaan badannya yang tetap dan raut muka yang manis. Sewaktu pasukan APRI membebaskan kota Solok, kami mundur ke Gantung Ciri, sebuah desa di kaki bukit di sebelah barat kota itu.
Walaupun jumlah kami sedikit, tapi senjata yang kami miliki cukup banyak. Selain dari senjata ringan kami mempunyai juga LMG, bazooka, dan mortir. Tapi dengan tenaga lima belas manusia, tentulah senjata yang hampir tiga puluh pucuk itu tidak ada terjamin keselamatannya. Oleh sebab itu, Nago mengajak pemuda-pemuda kampung Gantung Ciri menggabungkan diri dengan kami. Mereka adalah pemudapemuda yang murni. Mereka lekas percaya dan itulah sebabnya mengapa akhirnya kami kompak kembali sebanyak 32 orang. Di antara yang bergabung itu terdapatlah Abidin, lelaki yang sudah kuceritakan tadi.
Pada suatu hari, Nago mengadakan pidato lagi di sekolah rakyat setempat. Banyak orang yang datang ke sana, anak-anak muda, wanita-wanita, dan pemimpin kampung itu. Di sanalah untuk pertama kali Nago melihat seorang gadis kampung yang manis tapi sederhana.
Semenjak itu Nago sangat ingin berkenalan dengan gadis itu. Kesempatan yang belum terbuka. Ada niatnya untuk datang saja ke rumahnya, tapi kalau hal ini dia lakukan jangan-jangan penduduk kampung merasa tidak senang kepadanya. Penduduk desa mungkin akan menghentikan bantuan makanan buat anak buahnya. Oleh sebab itu, maksud yang demikian tidak segera dipenuhinya.
Sebelum pasukan kami datang ke desa itu, hubungan Halimah dengan Abidin sudah ada juga. Tapi percintaan di kampung berbeda dengan percintaan di kota. Geloranya sama, tapi pelaksanaannya
berlainan. Di kampung percintaan itu membara secara diam-diam tanpa mencolok mata. Tapi kini orang ketiga sudah muncul, yaitu Nago. Halimah mulai
bimbang. Tampang dan sikap Nago serta cara-cara dia mempergauli Halimah, menyentuh sanubari gadis itu.
Abidin tidak pernah memperlihatkan perasaan bencinya kepada Nago dengan cara yang berlebihlebihan. Hanya kalau kami terlalu memuji-muji Nago, dia pasti akan berdiam diri, atau pergi dari tempat itu. Baginya kini tidak ada lelaki yang lebih jahat selain Nago. Abidin menyadari bahwa pengaruhnya terhadap Halimah makin lama makin berkurang. Suatu saat nanti mungkin saja gadis itu akan lepas sama sekali dari tangannya. Hal ini tidak diinginkannya. Ia hanya merasakan bahwa Halimah adalah satu-satunya gadis yang ada dalam hatinya.
Nago tidak tahu bahwa Abidin sangat menaruh hati pada Halimah. Ia menyangka bahwa kedatangan Abidin ke rumah Halimah dahulu itu tak lain daripada kunjungan orang-orang sekampung saja.
Dalam tahun 1960 kekuatan pemberontak sudah sangat menurun. Pasukan kami yang tergabung dalam batalyon Lembang mulai terdesak ke bukit-bukit.
Makanan kamu mulai seret. Desa Gantung Ciri tidak sanggup lagi membantu kami karena padinya habis terbakar bersama rumah-rumah penduduk. Sekali datang perintah dari komandan batalyon Lembang supaya kami bersama dengan pasukan lain berangkat untuk melakukan penghadangan di Bukit Subang.
Kami berangkat malam hari. Pagi-pagi kami sudah tiba di Bukit Subang dan dengan cerpan Zainal, komandan batalyon Lembang, mengatur stelling di sepanjang bukit itu. Bukit Subang diisi dengan
kekuatan satu peleton. Pada pengkolan diletakkannya penembak bazoka sedangkan di pucuk bukit menganga dua buah LMG serta sepuluh pucuk AAC.
Tidak berapa lama sesudah stelling selesai terdengar derum kendaraan. Iring-iringan APRI! Tidak dapat tidak, sebentar lagi pertempuran tentu akan berkecamuk. Begitu iring-iringan itu lepas dari pengkolan, tembakan bazoka terdengar, tapi tidak mengenai sasaran. Tembakan-tembakan gencar segera menyusul. Kedua belah pihak saling menggempur.
Tiba-tiba aku mendengar Nago merintih kesakitan. Aku lari mendekatinya. Ia tersungkur ke tanah, roboh sambil memegangi lukanya. Tangannya yang satu berpegang erat-erat ke tanah, kemudian dia tak bergerak lagi. Mayatnya baru kami ambil dua hari kemudian dan dibawa ke Gantung Ciri. Komandan batalyon memeriksa tubuh Nago dan menanyakan kepadaku bagaimana posisi terakhir Nago sebelum ia jatuh ke tanah.
. . . .

Sumber: Cerita Pendek Indonesia II, Satyagraha
Hoerip (editor), Gramedia, Jakarta, 1986



Lakukan kegiatan berikut ini!
1. Bergabunglah dalam kelompokmu!
2. Bacalah cerpen ”Peristiwa di Bukit Subang”!
3. Diskusikan tema, latar, dan karakter tokoh dalam cerpen tersebut!


Bacalah Kutipan Cerpen berikut dengan seksama!

. . . (1) Di parkiran sana, tampak Vivian kembang sekolahku yang cantik jelita itu sedang dituntun oleh Rendi menuju mobil Honda Jazz birunya. (2) Penasaran yang akan terjadi, aku berusaha mendekat. (3) “Open Please!” ujar Rendi sambil menuntun tangan Vivian ke pegangan bagasi mobilnya, matanya tampak berbinar-binar. (4) Aku terus memperhatikan gerak-gerik Rendi.

1. Bukti watak tokoh Rendi penuh perhatian pada kutipan cerpen tersebut bertanda nomor . . .

a. (1) dan (2)                                                                           c. (2) dan (3)
b. (1) dan (3)                                                                           d. (2) dan (4)

Comments

Popular posts from this blog

Dahsyatnya Shalat Malam dan Puasa Sunah Daud

Beberapa kali saya mencari kata kunci lewat mesin telusur web, di halaman pencarian "Shalat Tahajud dan Puasa Sunah Daud" saya menemukan pencerahan dan mendapatkan banyak pelajaran karena banyaknya blog dan situs yang membahas amalan ini. Ibadah tersebut adalah dua ibadah yang sering dilakukan oleh Nabi Daud. Beliau bangun di sepertiga malam terakhir dan melaksanakan Shalat kemudian berpuasa sehari berbuka sehari.  Hadis-hadis:  Kaifiat Qiyamullail (Shalat Lail) Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:  مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي “Rasulullah shallall

Fenomena Sex Bebas (The Phenomenom of Outstanding Free Sex in this world)-bukan opini biasa

Berangkat dari judul "The Phenomenom of Outstanding Free Sex in this world" , sebelumnya penulis yakin bahwa kita hidup di dunia ini tidak pernah terpisah dari yang namanya nafsu, salah satunya nafsu yaitu nafsu seksual. Ketika seseorang ingin nafsu syahwatnya tersalurkan ia akan mencari sesuatu yang bisa memuaskannya, kadang ia tak peduli siapapun orangnya(pasangannya) yang penting ia merasa puas. Dari kata "saya menikmati ketika syahwat tersalurkan", dari sini munculah kata Sex bebas. Menurut pandangan saya, seks bebas itu ada karena ada sarananya selain nafsu yang memang telah dimilikinya sebagai fitrah yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan. Dan memang seks itu ada supaya manusia dan semua makhluk hidup dapat berkembangbiak. Kata seks mulai populer di kalangan remaja terutama ketika perkembangan seksualnya melonjak yaitu di masa pubertas, usia yang penuh tanda tanya bahkan hingga sampai beranjak dewasa. Masa ini istilah kerennya disebut masa pencarian jati

KISAH KAUM HOMOSEKSUAL (KAUM LUTH) DAN MEREBAKNYA KAUM TERSEBUT DI MASA KINI

Nabi Luth, as. adalah nabi yang diutus Allah untuk kaum Sodom. Suatu kaum yang yang bertingkahlaku abnormal yang menuruti nafsunya yang menyukai sesama jenis, berperangai lebih rendah daripada binatang. Tidak ada perbuatan maksiat seperti itu sebelumnya, sebelum kaum mereka melakukannya. Hal ini dijelaskan dalam Alqur'an, firman Allah Swt. Mereka adalah kaum yang mempopulerkan kehidupan sesat.  Berikut dalil-dalil mengenai mereka yang dijelaskan secara gamblang dalam firman Allah Swt. “Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.” (QS. Al Qamar, 54: 33-36) “