Kegiatan belajar-mengajar seyogyanya menjadi kegiatan yang menyenangkan antara guru dengan murid supaya proses transfer ilmu pengetahuan dapat berjalan dengan baik. Namun, proses transfer itu tidak akan berjalan dengan lancar, jika salah satunya mengalami kendala atau tidak punya motivasi sama sekali untuk belajar, maka proses transfer ini pastilah tidak akan berhasil dan akan gagal.
Proses transfer ini akan berhasil jika guru dan siswa sama-sama mempunyai niat untuk belajar. Guru belajar memperdalam ilmunya, siswa belajar untuk memperoleh ilmu yang baru pertama kali dia pelajari. Saya berani membuat kesimpulan seperti ini karena berdasarkan pengalaman saya mengajar. Siswa yang mempunyai kemauan untuk belajar, akan berusaha aktif, akan berusaha menyerap ilmu yang disampaikan guru, walaupun mungkin siswa itu mengantuk. Berbeda dengan siswa yang kurang atau tidak mempunyai kemauan untuk belajar, dia akan kurang peduli atau bahkan tidak peduli dengan ilmu yang seharusnya diterimanya. Siswa yang tidak mempunyai kemauan bisa saja pulas tidur di kelas. Problematika yang saya alami, mungkin berbeda dengan para pendidik di luar pondok pesantren karena kebetulan saya mengajarnya di lingkungan pondok pesantren. Tetapi, hal ini sepertinya juga berlaku di sekolah umum.
Selama saya mengajar di sekolah dalam lingkungan pondok pesantren, saya merasa jenuh dan jengkel melihat siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar. Dia hanya tidur terus di kelas. Ketika dibangunkan, melek sebentar, kemudian tidur lagi. Bahkan jika saya terpaksa harus menjewer telinganya, tetap melek sebentar dan kemudian tidur lagi.
Memang guru harus dapat menguasai kelas, mampu membuat belajar itu hidup apapun problematikanya. Mampu membuat anak yang tidak mempunyai motivasi belajar untuk semangat belajar. Namun, jika anaknya tidak ada kemauan belajar sama sekali itu bagaimana?
*Harapan membangun motivasi belajar siswa.*
Ketika saya tanya,
"Nak, kenapa suka sekali tidur? "Ngantuk pak, tidak bisa tidur semalam." Begitu jawabnya.
"Nah, sudah tahu kan sekarang waktunya belajar? "Iya pak, tahu."
Terus saya kembali menjelaskan sedikit materi atau bahkan membuat diskusi kelompok. Anak yang tadi tertidur, kembali tidur (tidak aktif belajar maupun diskusi kelompok).
Hal yang dilakukan saya, mungkin sedikit memotivasi siswa untuk bangkit dari belajar, namun jika motivasi itu gagal dibangun, anak itu akan kembali tertidur.
Strategi dan media pembelajaran yang kreatif dan tidak membosankan memang dibutuhkan, apalagi di lingkungan pondok pesantren yang memang anak-anak dituntut untuk belajar dari pagi sampai malam. Tetapi konsep kenyamanan dan kasih sayang, kepedulian, strategi, metode maupun media juga harus dibangun supaya anak dapat belajar dengan maksimal, tidak tidur terus sehingga mengubur motivasi belajarnya. Dalam lingkungan pendidikan, semua komponen harus terlibat dan mempunyai motivasi untuk membangun. Sistem penggemblengan, kenyamanan dan sanksi juga harus diterapkan supaya motivasi belajar yang hilang dapat kembali muncul sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
*Faktor motivasi belajar dari guru.*
Jika di atas adalah dari siswanya, menurut saya guru pun harus punya motivasi belajar sepanjang hayat. Guru yang tidak punya motivasi belajar akan memperburuk motivasi yang sudah berusaha dibangun siswa untuk belajar. Saya berikan contoh, guru yang datang terlambat, kemudian melihat siswanya tidur, tanpa berusaha membangunkan, guru tersebut melanjutkan mengajar dengan metode pembelajaran kuno atau jadul, ceramah. Maka, siswa yang tertidur akan selamanya tertidur. Siswa yang punya semangat bisa saja jenuh karena guru yang monoton. Lama-lama jika berulang kejadian itu, maka siswa yang tadinya punya motivasi belajar akan terkikis dan berkurang motivasinya. Apalagi jika gurunya sering tidak datang/izin tidak masuk dan hanya menitipkan tugas ke guru piket. Lama-lama motivasi belajar siswa akan runtuh dan susah untuk membangun kembali.
Harapan saya ke depan, pembelajaran akan berjalan dengan semestinya, dapat terjalin transfer ilmu yang baik antara guru dan siswa yang sama-sama mempunyai motivasi belajar. Jadi, yok kita para pendidik dan para siswa untuk bangkitkan semangat belajar karena hidup harus senantiasa belajar. Belajar terhenti hanya jika ajal menjemput.
Comments
Post a Comment