Skip to main content

Wisata kebumen bagian 2

berikut, qu ambilkan data secara lengkap dari berbagai sumber dan tentunya dari situs kebumen sendiri, well silahkan tonton ya?? jangan cuman nonton, kunjungi donk?

GUA PETRUK



Batu Bapak Jenggot


Gua Petruk merupakan salah Obyek wisata di Kabupaten Kebumen. Obwis (obyek dan Pantai Logending, dimana lokasinya berada di dukuh Mandayana Desa Candirenggo Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, atau sekitar 4,5 km dari Jatijajar menuju ke arah selatan.

Mendengar nama Petruk, orang tentu akan teringat nama Ponokawan anak Ki Semar yang berbadan tinggi, namun hidungnya sangat mancung. Konon, dalam cerita pewayangan, Petruk ini anak dari lelembut Banaspati yang kemudian diambil anak oleh Ki Semar dan Petruk ini dikenal mempunyai banyak akal.

Sayangnya orang telah banyak mendengar Goa Petruk, tetapi masih enggan untuk mengunjungi obwis tersebut. Cukup beralasan barang kali, memang karena untuk masuk Goa Petruk ini diperlukan persiapan yang cukup. Lagi pula, percuma kalau datang ke Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa yang menganga cukup lebar.

Perlu diketahui, bahwa di dalam Goa yang mungkin terlihat cukup menakutkan, karena tak ada pijaran atau nyala lampu seperti di Goa Jatijajar, atau Goa lain yang ada di Indonesia. Namun Goa Petruk ini menurut catatan Doktor Koo, seorang pakar Goa dari luar negeri mengatakan, bahwa Goa Petruk ini merupakan Goa terindah di seantero Nusantara.

Untuk itu, pakar Goa ini meminta pada Pemda Kebumen, agar Gua tersebut tetap dijaga kealamiannnya. Bahkan, untuk diterangi dengan listrik, juga tak diperkenankan. Namun pengunjung jangan khawatir, di sini tersedia Guide atau pemandu yang selalu siap mengantar disertai dengan peralatan lampu yang memadai.

Tiga GoaGoa Petruk ini sebetulnya terbagimenjadi tiga bagian. Bagian pertama atau di lantai I hanya terdapat kelelawar dengan bau kurang sedap dan beterbangan ke sana kemari. Sedang untuk Goa kedua dalam lokasi tersebut diberi nama Goa Semar.

Dalam Goa inilah kita akan disuguhi dengan pemandangan dari bebatuan yang cukup indah dan mempesona. Bahkan ada yang mengatakan, masuk Gua Petruk laksana melihat alam yang tiada taranya karena terdapat batu stalaktit dan stalagmit yang mempesona dan menyerupai berbagai bentuk.

Sedang gua yang terakhir, disebut Goa Petruk, karena dalam Goa tersebutlah sebetulnya terdapat batu yang mempunyai ujud seperti hidungnya Petruk. Sayang, karena ulah Belanda yang waktu itu melakukan penambangan phosfat, hidung Petruk yang merupakan Logo dari Goa tersebut putus dan kini sudah tak kelihatan lagi.

Tapi bukan itu sebetulnya yang ditawarkan oleh goa tersebut, di mana keindahan goa tersebut bukan dari hidung Petruk yang sangat mancung, tetapi panoramanya yang memang cukup indah. Untuk itu tidak ada salahnya kalau wisatawan bahkan memerlukan waktu berjam-jam berada di Goa Petruk ini.

Batu Payudara



Batu Payudara


Begitu memasuki mulut goa, dan kita masuk di gua Semar yang dikenal banyak senyum ini, memang gua ini menjanjikan kita untuk kagum dan mengagumi gua tersebut. Tak salah, kalau Diparta Kebumen memberinya nama Gua Semar. Sebab, di gua tersebut orang akan tersenyum kagum melihat stalagtit dan stalagmit yang aneh-aneh.

Batuan yang paling ujung di sini adalah batu yang diberinya nama Batu Payudara, atau orang menyebutnya sebagai batu susu. Tentu nama ini bukan sekedar mencari popularitasnya saja, yakni mengambil nama sedikit porno. Kenyataannya batuan stalagtit ini memang berbentuk seperti putik-putik seorang ibu yang sedang menyusui.

Stalagtit ini bukan satu dua, tetapi jumlahnya puluhan, sehingga orang sampai di ujung Gas Semar (gua kedua) di Gua Petruk ini diingatkan pada masa kanak-kanak, di mana kita semua tentu pernah menyusu pada Ibu dan ASI inilah yang membuat kita tumbuh menjadi remaja dan seterusnya.

Batu DasiKalau kita pernah baca ada petani berdasi, atau ada preman berdasi dan nelayan berdasi, Gua Petruk sebetulnya paling utama mempunyai istilah tersebut, sebab, dalam gua tersebut ada pula batuan yang mirip sekali sebuah dasi, tak aneh bila ada menyebutnya sebagai Batu Berdasi.

Selain berbentuk mirip dasi, nampak seperti goresan lukisan seorang pelukis yang cukup ternama tentunya. Bahkan, mirip ada warna di sana-sini yang membuat keindahan stalagmit batu berdasi ini, nampak sebuah lukisan yang cukup berbobot, sepertinya bekas sebuah sapuan kuas yang begitu rapinya.

Begitu juga dengan Gajah yang kalau di Lampung cukup merepotkan, karena sering merusak tanaman. Untuk itu, Pemda setempat sampai mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mendirikan sebuah Sekolah Gajah. Tetapi di Gua Petruk ini, terdapat Stalagmit yang menyerupai bentuk Gajah.

Tentu saja, Gajah di sini tidak liar sepertinya di Lampung, sebelum hewan berbelalai panjang ini disekolahkan. Gajah di sini bahkan terlihat nampak indah dan mempesona. Sepertinya, kita memasuki sebuah Kebun Binatang yang khusus hanya untuk hewan Gajah.

Tak Apalah, kalau kita tak bisa melihat lagi hidung Petruk di Obwis tersebut. Sebab, kita masih bisa menyaksikan batuan stalagmit yang mirip Ki Lurah Semar dalam cerita pewayangan. Semar yang sebetulnya merupakan perwujudan dari Dewa yang mengejo wantah ini terlihat begitu menawan.

Sendang dan Air Terjun



Semakin kita masuk ke dalam Goa Petruk ini, kita semakin penasaran dengan batuan yang begitu indah. Sebab, di sini terdapat pula batuan yang mirip tempat tidur, atau pelaminan seorang pengantin baru. Ada lagi batu yang menyerupai sebuah lumbung padi, sehingga batuan tersebut di beri nama batu lumbung.

Jangan takut, kalau dalam Gua Petruk ini kita melihat sebuah batu yang mirip sekali dengan sebuah Mayit yang tergeletak. Bukan hanya bentuknya, tetapi warna dari batu tersebut memang tampak putih, bak sebuah kain mori yang membungkus sebuah Mayit yang siap untuk dimakamkan. Tetapi begitu indah bebatuannya.

Bukan Gua Petruk, kalau tidak menyimpan sejumlah bebatuan yang beraneka ragam bentuk yang begitu menawan, indah dan membuat orang yang melihatnya berdecak-decak kekaguman. Bahkan, membuat orang enggan keluar dari gua tersebut. Bukan tanpa alasan, kaerna dalam gua ini juga dapat terlihat adanya sejumlah sendang dan air terjun yang bahkan airnya mirip busa sabun.

Sambil menikmati bebatuan yang banyak aneka ragam dan bentuknya, telinga kita akan mendengarkan bunyi tik ...tik. .. tiiiikkkk, dari air yang jatuh dari langit gua, atau dari bebatuan yang indah, sehingga menambah kenyamanan kita untuk menyaksikan keajaiban Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Untuk mengunjungi gua Petruk ini, sebaiknya kita telah mempersiapkan peralatan berupa sepatu dari plastik atau kare, sehingga tidak bisa tembus air. Tetapi, jangan gunakan sepatu yang berhak tinggi yang nantinya bahkan cukup merepotkan.

Peralatan lain yang perlu dipersiapkan adalah senter yang cukup terang dan topi untuk menghindari benturan. Bila perlu, kita bawa Kamera dengan lampu blitz yang baik. Dengan demikian kita bisa menyaksikan keindahan Stalagmit dan Stalaktit Gua Petruk sekaligus diabadikan. Sesampai di rumah, kalau diperlukan, photo-photo Gua Petruk ini bisa dipajang untuk hiasan dinding yang cukup indah.

 



 

CAGAR ALAM NASIONAL GEOWISATA KARANGSAMBUNG







Kabupaten Kebumen nampaknya sudah digariskan sebagai daerah yang amat kaya akan potensi alam yang sangat potensial sebagai tujuan wisata. Kita sebut saja satu per satu, obyek wisata seperti Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Logending, Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Pemandian Air Panas Krakal serta beberapa obyek lainnya, Geologi/Batuan Karangsambung ini. Karena itu, tak mengherankan bila ada yang menyebut berwisata ke Kebumen merupakan jenis wisata alam (nature Tourism).




Berwisata ke Karangsambung, belum dikata merupakan suatu bentuk wisata yang khas, berbeda dengan berwisata ke obyek-obyek yang lain, karena lebih condong bersifat wisata ilmiah. Atau lebih khusus lagi, dikenal sebagai wisata ilmiah (geo wisata). Bagaimana sebenarnya bentuk wisata ke obyek yang satu ini, mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan sedikit informasi tentang hal itu.




Apakah anda ingin melihat dan ingin tahu seperti apa wujud batuan dasar samudera, batuan dasar Pulau Jawa yang terangkat, bekas-bekas tumbukan, aneka cindera mata dari batu mulia beserta penjelasan ilmiahnya. Itulah antara lain tawaran simpatik yang disodorkan oleh obyek wisata ini. Saran kami, jangan sia-siakan begitu saja penawaran itu, segera kita langkahkan kaki kita ke sana. Sebab, dalam kenyataannya para wisatawan manca begitu antusias untuk mengenal dari dekat 'taman batuan alam' yang konon merupakan taman geologi yang terlengkap di Asia Pasifik. Jadi, apakah kita harus kalah dalam semangat 'ingin tahu' dengan bangsa manca terhadap kekayaan milik kita sendiri.




Sebagai gambaran bagi anda, di Karangsambung kita akan mendapat penjelasan tentang keunikan Karangsambung, melihat contoh batuan, proses pembuatan kerajinan batu mulia dan hasilnya yang siap dijual preparasi batuan dan analisa/uji mutu serta pemaduan ke beberapa lokasi batuan yang sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan yang tersingkap di lapangan.

Keunikan

Kawasan Karangsambung, bisa dikatakan laksana suatu monumen atau taman batuan hasil evolusi bumi mulai Zaman Kapur (sekitar 120 juta hutan yang lalu) sampai sekarang. Pada kawasan ini bisa dijumpai bukti-bukti batuan hasil tumbukan Lempeng Samudera Hindia Australia dengan Lempeng Benua Eurasia. Zona tumbukan ini sekarang telah bergeser kurang lebih 312 km ke arah selatan di dasar Samudera Indonesia.




Di taman geologi ini bisa kita jumpai aneka ragam batuan, baik batuan beku, sedimen dan metamorf, yang terbentuk pada dasar samudera sampai tepi benua yang terbentuk, kesemuanya tercampur aduk dengan 'deformasi' yang kuat. 'Morfologi' nya merupakan hasil interaksi antara batuan, struktur geologi dan proses erosi, yang mencerminkan suatu 'pembalikan topografi', sehingga membentuk rangkaian gunung melingkar dengan lembah memanjang di tengahnya, menyerupai tapak kuda.

Sejarah

ditilik dari sejarahnya, daerah ini sejak tahun 1963 telah dipergunakan untuk praktek lapangan para mahasiswa geologi di Indonesia. Kemudian pada tahun 1964 didirikan Kampus Geologi Lapangan yang kemudian pada tahun 1987 disempurnakan menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Laboratorium Alam Geologi Karangsambung - LIPI dengan SK Ketua LIPI Nomor 837/Kep/A.5/87, tanggal 8 Mei 1987.




Saat ini, beberapa perguruan tinggi seperti ITB, UPN 'Veteran' Yogyakarta, UNPAD, UNPAK Gogor, UNISBA, KIP Yogyakarta, Semarang dan Jakarta, serta program Diklat PPTP secara regular memanfaatkan fasilitas yang ada. Beberapa organisasi geologi internasional seperti GEOSEA, CCOP, IPA, dan IGCP dengan ahli kebumian dari berbagai negara seperti Inggris, Perancis, Amerika dan Jepang, kerap datang ke Karangsambung. Di samping itu, berbagai organisasi kebumian, peserta seminar kebumian, para pendidik dan siswa mulai dari SSD sampai SLTA, juga sering mengunjungi Karangsambung.


Lokasi dan Fasilitas

Karangsambung merupakan sebuah desa yang terletak di utara kota Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini dapat dicapai sekitar 45 menit dengan kendaraan melalui jalan Kabupaten beraspal. Selama perjalanan dari kota Kebumen mengasyikkan.Dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok, kita bisa menikmati pemandangan alam yang mengasyikkan, perpaduan antara sungai, perbukitan batu dan hamparan sawah. (sungai yang melintasi daerah ini adalah sungai Luk Ulo, yang dari namanya telah menggambarkan keadaannya yang berkelok-kelok seperti "ulo" (ular). Oleh penduduk sekitarnya, sungai ini seringkali dimanfaatkan untuk penambangan batu, yang dikenal dengan nama batuk Luk Ulo. Selain dimanfaatkan untuk penghias taman, beberapa jenis batu yang terdapat di sungai ini sering pula dimanfaatkan sebagai batu hias atau akik.

Sedangkan perbukitan batu yang bisa kita tatap sepanjang perjalanan, merupakan aneka batuan yang masuk dalam kawasan taman geologi Karangsambung. Kawasan ini memang cukup luas, dengan radius sekitar 300 kilometer persegi. Perbukitan batu itulah yang sering dijadikan tempat penelitian atau praktek lapangan para ilmuwan maupun mahasiswa.

Dalam hal fasilitas akomodasi, bagi para pengunjung telah tersedia.

Gedung Pertemuan, Ruang Kuliah yang dilengkapi dengan audio visualnya, barak penginapan dan 'guesth house' yang dapat menampung 100 orang, termasuk kebutuhan layanan katering, penerangan listrik PLN, telepon serta sarana olah raga.

Cinderamata

Sebagai pelengkap perjalanan wisata Anda ke Karangsambung, Anda pun bisa mendapatkan aneka cinderamata yang tentu saja khas daerah ini, sesuai dengan obyek dan potensi yang ada. Yaitu, aneka jenis dan bentuk suseiki yang sangat menawan. Selain itu, aneka rupa batu akik dan souvenir lainnya.

GUA JATIJAJAR

Sejarah dan Asal Usul



Kompleks Gua wisata baik gua alam maupun buatan yang terletak sekitar 42 km barat daya Kebumen ini mencakup kawasan seluas 5,5 hektare. Objek wisata ini telah dilengkapi dengan prasarana wisata seperti tempat parkir, peturasan, tempat bermain, kios makanan, buah-buahan dan toko cindera mata.

Kompleks Gua Jatijajar mencakup Gua Jatijajar, Gua Dempok, dan Gua Intan. Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas permukaan laut. Sistem pergunaan berkembang pada kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocylina sumatrensis Brady, L. elegans Tan dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus menciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman maksimum 60 m.



Kira-kira 14-11 juta tahun lalu daerah ini masih merupakan paparan laut dangkal, yang kemudian terangkat hingga ketinggiannya sekarang akibat sifat bumi yang dinamis. Tidak adanya sedimen lain yang menutupi lapisan batu gamping di daerah Gombong selatan menunjukkan jika sejak 10 juta tahun lalu daerah ini sudah berada di atas permukaan laut. Dihitung dari kurun waktu kurang dari 10 juta tahun telah terjadi pengangkatan setinggi lebih dari 300 m. Pengangkatan itu menyebabkan batuan terkekarkan dan tersesarkan. Curah hujan yang tinggi mempercepat terjadinya proses karstifikasi, membentuk kars sebagaimana terlihat sekarang.


Pintu Masuk Gua Jatijajar Tampak dari dalam


Gejala endokars ini mempunyai mulut gua yang berbangun melengkung tinggi dan lebar. Pada dinding pintu masuk sebelah kanan tersingkap sisa endapan sedimen gua yang kaya fosil moluska. Beberapa spesies grastropoda dan pelecypoda terawetkan baik pada lapisan lempung pasiran berwarna coklat tua. Sedimen berfosil ini dapat dikorelasikan dengan sedimen sejenis yang tersingkap di pintu masuk Gua Intan. Sediman di dalam Gua juga tersingkap pada sebuah sisa kanopi tua, beberapa meter dari pintu masuk. Cangkang-cangkang pipih pelecypoda pada sedimen gua ini tersusun secara alami ke arah utara sejajar dengan arah lorong utama masuk gua, yaitu utara-selatan. Bagian atap dan dinding pintu masuk gua dipenuhi oleh tulisan nama-nama pengunjung. Gravity yang paling tua tertanggal tahun 1805.


Patung Dinosaurus dan kolam


Pembentukan kanopy di dekat pintu masuk Gua Jatijajar menunjukkan adanya sungai bawahtanah yang pernah aktif beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Proses pengangkatan menyebabkan sungai menjadi kering, karena air mencari permukaan air tanah setempat yang letaknya lebih rendah. Sungai bawah tanah yang masih aktif di dalam Gua Jatijajar tersingkap melalui beberapa sendang, yang letaknya berkisar antara 1-3 m di bawah lorong fosil utama.

Sendang Kantil dan Sendang Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang lainnya yaitu Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum, kecuali mendapat ijin dari pengelola kawasan wisata. Sebagai mata air, Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni seekor pelus sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat ditelusuri dengan metode penyelaman (cave diving). Beragam bentukan pengendapan ulang larutan CaCO3 jenuh yang indah dan mempesona dijumpai di dalam lorong gua dibalik sifon. Lorong gua sepanjang ratusan meter dihiasi dengan deretan gurdam dan air terjun. Lorong gua di bawah gua Jatijajar ini disiapkan menjadi objek wisata minat khusus. Untuk memasuki sendang di dalam Gua Jatijajar dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.


Sendang Mawar


Lubang-lubang di dasar gua di dekat pintu masuk merupakan bekas-bekas penambangan fosfat guano. Ornamen gua (stalaktit, stalakmit, pilar, flowstone) umumnya sudah tidak aktif, meskipun di beberapa tempat terdapat tetesan dan leleran air melalui ujung-ujung stalaktit. Sebuah lubang di atap gua setinggi 24 m dari dasar gua, tidak jauh dari pilar besar berbangun membundar yang masih aktif, mengungkap sejarah penemuan gua pada tahun 1802 oleh Djayamenawi, Petani tersebut terperosok ke dalam gua melalui lubang yang ada dipermukaan, dan setelah tanah yang menutupi lorong dibersihkan ia menemukan lubang masuk, yaitu mulut gua sekarang.



Lorong Gua Jatijajar sepanjang 250 m, dengan lebar dan tinggi rata-rata 15-25 m, dapat dimasuki oleh wisatawan dengan mudah. Mulai tahun 1975, disepanjang lorong gua ditempatkan 32 buah patung yang menceritakan Legenda Raden Kamandaka. Di luar Gua menggambarkan kepurbaan Gua Jatijajar.



Kamandaka yang aslinya bernama Raden Banyak Contro adalah putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Pusat pemerintahan Pasirluhur atau Galuh Timur pada abad 14 kira-kira berada di sekitar Baturaden (purwokerto), di lereng Gunung Slamet. Prabu Siliwangi raja Pajajaran pada waktu itu memiliki 2 permaisuri. Dari permaisuri pertama, Prabu Siliwangi berputra 2 orang yaitu Banyak Contro dan Banyak Ngampar. Karena permaisuri pertama meninggal, Prabu Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih. Sebelumnya Dewi Kumudaningsih memberi syarat mau menjadi permaisuri jika anak laki-lakinya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu Siliwangi. Dari permaisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.

Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putra sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan ia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dengan wanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu ia mengembara menuju gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut ia disuruh mengembara ke timur, menuju Kadipaten Pasir Luhur. Supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putera raja menjadi orang biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan berganti nama menjadi Kamandaka.


Patung Raden Kamandaka


Setelah sampai di Pasir Luhur ia bertemu dengan Reksono patih Kadipaten Pasir Luhur yang menjadikannya sebagai anak angkat. Adipati Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir Luhur, mempunyai beberapa putri yang semuannya sudah bersuami kecuali putri bungsunya Dewi Ciptoroso. Wajah dan penampilan putri Pasir Luhur ini mirip dengan Ibu Kamandaka. Kamandaka berhasil menarik hati Dewi Ciptoroso. Tetapi pada suaru saat ketika mereka sedang berdua di taman keputren seorang prajurit kadipaten memergokinya. Kamandaka dikeroyok para prajurit, yang mengiranya sebagai pencuri. Karena kesaktiannya ia dapat meloloskan diri. Tetapi sebelumnya ia sempat mengatakan identitasnya, yaitu Kamandaka putra Patih Reksonoto. Adipati Patih Pasir Luhur murka, memanggil Patih Reksonoto supaya menangkap Kamandaka dan menyerahkan kepadanya.



Kamandaka yang melarikan diri dengan cara menceburkan diri ke sungai dilaporkan oleh Patih Reksonoto telah mati, hanyut di bawa arus sungai deras. Setelah jauh dari Pasir Luhur, Kamandaka naik ke darat berjalan menuju sebuah desa. Di Desa Paniagih ia bertemu janda miskin Mbok Kertosoro. Kamandaka selanjutnya diangkat menjadi anaknya. Mbok Kertosoro mempunyai seekor ayam jantan bernama Mercu, yang dirawat dengan baik oleh Kamandaka. Ke mana-mana ia pergi dengan ayam-ayam lainnya. Mercu selalu menang, sehingga akhirnya Kamandaka dikenal sebagai penyabung ayam yang hebat. Berita tersebut sampai di Kadipaten Pasir Luhur. Adipati Kandandoho sangat murka mendengar Kamandaka masih hidup. Ia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Kamandaka. Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba muncul silihwarni. Silihwarni yang menawarkan dirinya menjadi abdi di Pasir Luhur diterima oleh Adipati Kandandoho, asal dapat membunuh Kamandaka.



Silihwarni sebenarnya adalah Banyak Ngampar, adik kandung Kamandaka. Ia mendapat tugas dari ayahnya Prabu Siliwangi mencari kakaknya. Untuk menjaga keselamatannya di perjalanan, Banyak Ngampar dibekali senjata kerajaan, kujang Pamungkas. Karena tidak tahu kalau Kamandaka adalah kakaknya yang dicari-cari Silihwarni berangkat bersama dengan sepasukan prajurit Pasir Luhur.

Akhirnya Silihwarni sampai di Desa Paniagih, bertemu dengan Kamandaka dan menantangnya bersabung ayam. Saat ayam jantan masing-masing bersabung, Silihwarni menikam Kamandaka yang sedang lengah dengan pusaka Kujang Pamungkas. Kamandaka terluka parah, tetapi ia dapat meloloskan diri. Tempat di mana Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur dan Silihwarni sekarang dinamakan Desa Brobosan (mbrobos = meloloskan diri). Saat Kamandaka beristirahat di suatu tempat, darahnya mengucur deras dari luka di lambungnya. Tempat iru kemudian diberi nama Desa Bancaran (Bancar = deras). Silihwarni bersama prajurit Pasir Luhur terus mengejarnya, dibantu anjing-anjing pelacak. Seekor anjing dapat di bunuh oleh Kamandaka di suatu tempat, yang selanjutnya desa itu dinamakan Karang Anjing. Kamandaka terus lari ke arah timur, dan sampai di ujung jalan yang buntuk (selanjutnya tempat itu dinamakan Desa Buntu).



Setelah berlari cukup jauh akhirnya Kamandaka sampai di sebuah gua. Ia bersembunyi di dalamnya. Silihwarni yang kehilangan jejak, Ia berteriak-teriak menantang Kamandaka supaya ke luar dari tempat persembunyiannya. Kamandaka menjawab, bahwa sebenarnya ia adalah putra mahkota Pajajaran Banyak Contro. Mendengar jawaban itu Silihwarni terkejut dan iapun berkata kalau sebenarnya = (sejatine) Ia juga putra Prabu Siliwangi, Banyak Ngampar. Keduanya baru sadar kalau mereka adalah bersaudara.



Selanjutnya Kamandaka bertapa di gua tersebut dan mendapat petunjuk bahwa niatnya mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai jika ia berpakaian lutung (kera) Dalam petunjuk itu ia diharuskan tinggal di Hutan Baturagung, baratdaya Baturaden. Di hutan itu Kamandaka yang sudah berubah menjadi kera bertemu dengan Dewi Ciptoroso, yang ketika itu mengikuti ayahnya Adipati Kandandoho berburu. Kera yang jinak jelmaan Kamandaka segera menarik perhatian Dewi Ciptoroso, yang menurut saja saat ditangkap dan dibawa ke Pasir Luhur. Sesampainya di Pasir Luhur kera tersebut tidak mau makan apa-apa, sehingga meninmbulkan kekhawatiran Adipati Kandandoho. Ia membuat sayembara, siapa yang dapat memberi makan kera tersebut maka ia berhak memeliharanya. Banyak orang mencobanya tetapi selalu gagal, kecuali Dewi Ciptoroso. Sesuai dengan sayembara maka kera itupun dipelihara oleh putri bungsu Pasir Luhur dan diberi nama Lutung Kasarung. Pada malam hari kera tersebut berubah ujud aslinya, yaitu Kamandaka. Sedang siang hari menjelma lagi menjadi kera. hal itu hanya diketahui oleh Dewi Ciptoroso.



Dikisahkan selanjutnya, Prabu Pule Bahas dari Nusa Kambangan ingin memperistri Dewi Ciptoroso, dan mengutus kerajaan untuk meminangnya. Jika keinginan tidak dikabulkan ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Atas saran Lutung Kasarung, Dewi Ciptoroso menemui ayahnya dan mengatakan kalau ia bersedia menjadi istri Prabu Pule Bahas asal persyaratan yang akan diajukannya dipenuhi. Salah satu syarat itu adalah Dewi Ciptoroso diperbolehkan membawa Lutung Kasarung pada saat pengantin dipertemukan. Prabu Pule Bahas langsung menyetujui.

Ketika upacara pengantin berlansung Lutung Kasarung selalu mengganggu, sehingga menimbulkan kejengkelan Prabu Pule Bahas. Prabu Pule Bahas memukulnya dan keduanya berkelahi. Raja Nusakambangan akhirnya tewas, digigit Lutung Kasarung. Kematian raja tersebut mengubah ujud asli Lutung Kasarung, yaitu Kamandaka. Setelah menceritakan asal-usulnya, Kamandaka akhirnya dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Berita itu akhirnya sampai di Kerajaan Pajajaran. Niat Prabu Siliwangi untuk menjadikan Kamandaka sebagai raja tidak kesampaian. Karena pantang bagi seseorang yang sudah terkena pusaka kerajaan Kujang Pamungkas menjadi raja Pajajaran. Akhirnya Kamandaka atau Banyak Cokro menjadi adipati di Pasir Luhur, menggantikan ayah Dewi Ciptoroso. Sedang Banyak Blabur menggantikan Prabu siliwangi menjadi raja di Pajajaran.

Kepercayaan Masyarakat



Mata air atau sendang yang terdapat di dalam Gua Jatijajar dipercaya mempunyai khasiat tertentu, sehingga dikeramatkan. Air Sendang Puserbumi dan Jombor konon dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tertentu. Sedang air Sendang Mawar dan Kantil jika untuk mencuci muka selain menjadi awet muda juga akan tercapai apa yang dicita-citakannya.

Kepercayaan yang dituturkan secara turun-temurun ini mengakar kuat di hati sanubari masyarakat Kebumen dan sekitarnya, sehigga pada hari-hari tertentu menurut penanggalan Jawa tempat tersebut ramai dikunjungi peziarah, terutama pada malam hari.

Gua Dempok


Segmen lorong gua sepanjang 50 m mulai dari pintu masuk merupakan bentukan alami hasil kegiatan sungai bawah tanah di masa lalu. Setempat, atap dan dinding gua dihiasi oleh stalaktit dan flowstone. Lubang di atap gua yang tembus ke permukaan (avent) berfungsi sebagai ventilasi alam, sehingga udara di dalam gua tetap segar. Lorong ini selanjutnya berhubungan dengan gua buatan, bekas penambangan kapur.

panjang Gua Dempok tidak lebih dari 100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu masuk Gua Dempok.



panjang Gua Dempok tidak lebih dari 100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu masuk Gua Dempok.

Gua Intan

Gejala endokars ini merupakan gua alam fosil yang penuh dengan ornamen yang masih aktif. Lorong-lorong di dalam Gua Intan yang berarah utara-selatan dan barat-timur genesanya berkaitan dengan pelarutan di sepanjang struktur retakan yang ada.



Sebuah stalaktit di dinding pintu masuk sebelah kanan dilingkupi oleh sedimen pasir lempungan berwarna merah kecoklatan. Sedimen tersebut mengandung fosil moluska, sehingga kehadirannya akan menguak sejarah pembentukan gua. Moluska adalah binatang darat yang hidup di sekitar gua. Ketika air hujan masuk ke dalam gua, binatang itu terangkut ke dalam gua bersama-sama dengan sedimen pasir dan lempung. Saat terjadi banjir seluruh lorong gua terendam air, dan sebuah stalaktit yang terletak 3 m dari dasar gua ditutupi oleh sedimen tersebut. Kumpulan fosil ini berumur Plistosen-Resen, sehingga Gua Intan setidaknya sudah ada sejak 1 juta tahun yang lalu.

Sebuah kubah besar berukuran 30 X 40 m dan tinggi maksimum 20 m dapat dicapai dengan melewati lubang sempit selebar 1 m. atap kubah dihiasi oleh stalaktit-stalaktit berukuran maksimum 1 m. Sebuah avent di atap kubah berfungsi sebagai ventilasi alam. Sekelompok stalaktit yang menyatu dengan stalakmit membantu pilar atau kolom setinggi beberapa meter yang indah. Ornamen gua di bagian ini umumnya masih aktif.

Di sebelah kanan ruangan pertama terdapat ruangan kedua yang disusun oleh batu gamping berlapis, dengan sebuah jembatan alam yang menghubungkan dinding kanan dan kiri ruangan. Jembatan ini merupakan sisa lapisan batu gamping yang sukar larut. Sedang lapisan batu gamping lunak di dasar jembatan sebagian besar telah habis, dikikis oleh aliran sungai bawah tanah yang pernah aktif di masa lalu. Ruangan kedua yang berukuran 20 X 40 m dan tinggi 15 m ini berakhir pada sebuah lubang sempit yang ditutupi oleh sedimen gua. lekuk-lekuk kecil di atap gua dipenuhi oleh kelelawar. Tidak adanya ventilasi di ruangan kedua ini menyebabkan udara di dalam gua sedikit panas dan pengap. Fermentasi kotoran kelelawar memungkinkan terbentuknya CO2 dan bau yang menyengat.
 

 

Comments

Popular posts from this blog

Dahsyatnya Shalat Malam dan Puasa Sunah Daud

Beberapa kali saya mencari kata kunci lewat mesin telusur web, di halaman pencarian "Shalat Tahajud dan Puasa Sunah Daud" saya menemukan pencerahan dan mendapatkan banyak pelajaran karena banyaknya blog dan situs yang membahas amalan ini. Ibadah tersebut adalah dua ibadah yang sering dilakukan oleh Nabi Daud. Beliau bangun di sepertiga malam terakhir dan melaksanakan Shalat kemudian berpuasa sehari berbuka sehari.  Hadis-hadis:  Kaifiat Qiyamullail (Shalat Lail) Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:  مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي “Rasulullah shallall

Fenomena Sex Bebas (The Phenomenom of Outstanding Free Sex in this world)-bukan opini biasa

Berangkat dari judul "The Phenomenom of Outstanding Free Sex in this world" , sebelumnya penulis yakin bahwa kita hidup di dunia ini tidak pernah terpisah dari yang namanya nafsu, salah satunya nafsu yaitu nafsu seksual. Ketika seseorang ingin nafsu syahwatnya tersalurkan ia akan mencari sesuatu yang bisa memuaskannya, kadang ia tak peduli siapapun orangnya(pasangannya) yang penting ia merasa puas. Dari kata "saya menikmati ketika syahwat tersalurkan", dari sini munculah kata Sex bebas. Menurut pandangan saya, seks bebas itu ada karena ada sarananya selain nafsu yang memang telah dimilikinya sebagai fitrah yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan. Dan memang seks itu ada supaya manusia dan semua makhluk hidup dapat berkembangbiak. Kata seks mulai populer di kalangan remaja terutama ketika perkembangan seksualnya melonjak yaitu di masa pubertas, usia yang penuh tanda tanya bahkan hingga sampai beranjak dewasa. Masa ini istilah kerennya disebut masa pencarian jati

KISAH KAUM HOMOSEKSUAL (KAUM LUTH) DAN MEREBAKNYA KAUM TERSEBUT DI MASA KINI

Nabi Luth, as. adalah nabi yang diutus Allah untuk kaum Sodom. Suatu kaum yang yang bertingkahlaku abnormal yang menuruti nafsunya yang menyukai sesama jenis, berperangai lebih rendah daripada binatang. Tidak ada perbuatan maksiat seperti itu sebelumnya, sebelum kaum mereka melakukannya. Hal ini dijelaskan dalam Alqur'an, firman Allah Swt. Mereka adalah kaum yang mempopulerkan kehidupan sesat.  Berikut dalil-dalil mengenai mereka yang dijelaskan secara gamblang dalam firman Allah Swt. “Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.” (QS. Al Qamar, 54: 33-36) “