Skip to main content

Awali ibadah dengan kontinu, pengingat pintu menuju berkahnya Ramadhan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Siang ini, jam terus berdetak. Tak pedulikan diriku yang masih saja belum menuai hasil sempurna. Sepertinya sang waktu kecewa jika aku hanya berdiam diri. "Perasaan baru saja terbangun fajar tadi", pikirku. Seakan masih berasa bekas-bekas langkah yang fajar tadi kulakukan. Dari berkumandangnya adzan subuh atau berbunyinya alarm yang meronta.
Ada inisiatif tersendiri, daripada duduk melamun kuayunkan jari untuk menulis sebuah blog yang telah kusam tidak diisi.

Seiring berjalannya waktu, berbicara mengenai kehidupan pasti ada pasang dan ada surut. Begitu pula dengan air laut, tak terkecuali dengan iman manusia. Dan kali ini, mungkin imanku sedikit pasang, dan semoga berkelanjutan hingga tak pernah surut. Amin.

Ketika mengingat masa laluku aku terkadang ingin tertawa sendiri, menangis atau bahkan menjerit melihat kelakuanku sendiri di memori ingatan ini. Tertawa ketika merasa bahwa pantas untuk ditertawakan, menangis jika memang pantas untuk ditangisi ataupun menjerit jika memang pantas untuk dijeriti. Aku, makhluk yang belum pantas dan memang tak pantas disebut hebat, dan label "hebat" itu tak akan pernah mengena dalam diriku, itu karena yang pantas disebut hebat hanyalah Allah Swt.. Seberapa bodohnya diriku yang sering dipermainkan gejolak nafsu, amarah, rasa malas yang acap kali membayangi hidupku, namun semua itu seakan akan menjadi budaya yang selalu mengikutiku kemana ku melangkah. Pada detik ini, aku merasa lemah, lemah karena jiwa yang penuh daki maupun lemah karena bisa sakit.

Pasang surut kehidupan, pasang surut iman, pasang surutnya kesehatan tubuh selalu mengikuti roda perputaran kehidupan manusia, tak terkecuali diriku. Takaran-takaran tertentu sebagai pembanding hanyalah iman yang Allah nilai dalam kehidupan ini. Detik ini, ketika ku mulai mengingat betapa bodohnya diriku jika mau dikendalikan oleh nafsu dan desakan syetan. Detik ini juga ku mulai berusaha menulis, menulis dengan harapan tulisan ini mampu menebarkan sedikit pesan kepada saudara-saudaraku seiman dimanapun Anda berada.

Kerjakanlah amalan-amalan wajib, tetapi juga amalan-amalan yang sunah. Supaya amalan-amalan itu senantiasa membentengi keinginan-keinginan tercela kita, bukan hanya karena sebentar lagi bulan Ramadhan, tetapi juga dilakukan di bulan-bulan yang lainnya.

Amalan wajib adalah kunci utama, dan amalan sunah adalah kunci-kunci yang lainnya untuk menuju kesempurnaan atau untuk mendekati yang sempurna karena tidak ada makhluk yang sempurna kecuali Allah semata. Jika hanya amalan pokok yang dilakukan mungkin kalian hanya bisa masuk ke kunci ruang lokernya, belum sampai masuk ke kunci tiap-tiap lokernya. Kunci tiap-tiap lokernya penulis ibaratkan dengan amalan sunah. Untuk itu, pesan saya kerjakan amalan-amalan wajibmu ibarat nasi/makanan yang kalian santap setiap hari. Satu hari lima waktu ibarat makanan yang disantap, tanpa makanan kalian akan mati. Tetapi untuk makanan pelengkap seperti susu, buah-buahan, daging itu bisa disama artikan sebagai ibadah sunah. Jadi jika keduanya dilakukan akan terbentuk tubuh yang sehat.

Sebentar lagi Ramadhan, ampuni penulis jika selama menulis blog ini banyak kesalahan, apapun itu kesalahannya baik yang penulis sadari maupun yang tidak penulis sadari.

Sekian, Wassalamualaikum Wr. Wb.





Comments

Popular posts from this blog

Dahsyatnya Shalat Malam dan Puasa Sunah Daud

Beberapa kali saya mencari kata kunci lewat mesin telusur web, di halaman pencarian "Shalat Tahajud dan Puasa Sunah Daud" saya menemukan pencerahan dan mendapatkan banyak pelajaran karena banyaknya blog dan situs yang membahas amalan ini. Ibadah tersebut adalah dua ibadah yang sering dilakukan oleh Nabi Daud. Beliau bangun di sepertiga malam terakhir dan melaksanakan Shalat kemudian berpuasa sehari berbuka sehari.  Hadis-hadis:  Kaifiat Qiyamullail (Shalat Lail) Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:  مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي “Rasulullah shal...

Pendidikan di Indonesia dalam Tanda Tanya

    Pendidikan adalah hak warga negara. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Tercantum dalam Pasal 28C Ayat 1 dan Pasal 28E Ayat 1 dan secara khusus pada Pasal 31.       Kewajiban negara terhadap warga negara dalam bidang pendidikan memiliki dasar lebih esensial karena juga menjadi tujuan dari adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “… untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …”    Menyikapi pentingnya pendidikan sebagai pijakan bangsa Indonesia tersebut, saya mencoba berfikir. Kebetulan saya diamanatkan oleh Allah Swt. sampai dengan saat ini menjadi pendidik selama kurang lebih sudah enam tahun.    Saya pun telah mengenyam pendidikan yang menurut saya cukup lama sampai memperoleh gelar sarjana. Sa...