Dan, berdiri di sebuah Pohon Mahoni, menarik daun-daun
dan batang supaya pohon itu berdiri menjulang. Tiada susah baginya untuk
mengerjakan itu. Beberapa batang pohon mahoni sudah ia panjat untuk memangkas
dahan-dahan yang tidak perlu.
Daun-daun yang ia dapatkan ia gulung untuk diberikan
ke kakeknya di desa sebelah. Kakeknya memang memelihara kambing hias. Biasanya
kambingnya kakek ia berikan daun mahoni sebulan sekali.
Dengan sepeda ia ayuhkan kakinya, sampai di tengah
jalan ia bercanda gurau dengan sosok Orbs dari dirinya sendiri. Hi Dan, apa
yang akan kau lakukan disini?.. Oh, Orbs aku akan menjadi anak yang berjasa dan
berguna untuk Ayah, Ibu dan Adiku jika sudah besar nanti.
Namun candaan kali ini tiba-tiba berubah
mencengangkan. Dan, tau kah engkau bahwa sebentar lagi kau akan kehilangan
semuanya? Apa maksudmu Orbs? ..
Aku tidak mungkin mengatakan ini sekarang, karena kau
suatu saat akan tahu sendiri.
“Orbs, cepat katakana kepadaku?”
Tidak Dan, cepat kau antarkan segera daun-daun itu,
pasti kakek akan menyambutmu dengan senang disana.
Orbs, dimana kau?
Bayang-bayang Orbs, sudah tidak ada lagi.
Dan pun bingung dengan apa yang telah terjadi padanya,
siapa Orbs dan mengapa ia mengenalnya mendadak? Apakah ini firasat?
Kehilangan semuanya? Begitulah pikiran Dan saat itu.
Benar, sampai disana kakek segera menyambutnya dengan
wajah yang berbeda. Berbeda sekali seperti biasanya, ia sangat-sangat senang.
Cu, terimakasih Daun Mahoninya, begitu katanya.
Dan, untuk sementara waktu kamu disini dulu, jaga
rumah ya? Kakek mau pergi sebentar.
Kakek akan pergi ke pasar.
Ingatan Dan terus berputar-putar membayangkan sesuatu
yang telah terjadi padanya, berulang-ulang ia ingat, hanya itu saja yang ia
ingat.
Dan kembali membayangkan sesuatu,
Dan bingung apa yang telah terjadi pada keluarganya. Kakek
melarangnya untuk pulang ke rumah.
“Baru setelah Lima tahun berikutnya, Kakeknya
menjelaskan. Dulu Kakek pergi ke Pasar, di pasar kakeknya mendengar kabar kalau
kampung disana baru saja terjadi perang suku. Lalu setelah kisruh reda kakeknya
menjumpai bahwa anaknya telah mejadi korban perang suku. Tidak diketahui mereka
tewas atau tidak, mereka semua tiada bekas. Mungkin mereka diculik oleh suku
itu. Tapi sampai sekarang tidak ada kabar hilangnya mereka.”
Ironis sekali, itulah penyebab Dan sebatang kara. Ia
menangis namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya, ia berpikir tapi
pikirannya tidak sampai. Mengapa?
Benar saja, ia memberanikan diri ke Rumahnya, tiada
siapa-siapa disana. Ia hanya meratap penuh dendam dan penuh tanda Tanya.
“Dan tetap berusaha tidak mengingat semua cerita kelu
dirinya, mengapa ia sebatang kara. Misteri dibalik hilangnya keluarganya hanya
sebuah penopang untuk dirinya maju. Berjuang tanpa lelah mengais hidup yang
hanya sebentar. Itu adalah perang suku yang sering terjadi di kampungnya.
Perang suku yang sering meminta korban, bahkan seisi rumah bisa dibantai.
Dan hanya beruntung bisa selamat. Namun, ia tak habis
pikir. Namun disisa hidupnya ia akan terus mencari keluarganya siapa tahu masih
ada yang selamat.
Dering jam berbunyi, segera Dan membuka matanya. Waktu
subuh telah tiba, segera ia bersih-bersih tubuh dan berwudhlu, lalu ia
bertasbih di fajarnya malam yang sebentar lagi menyingsing. Terdengar rintik
hujan berpacu, semakin cepat hingga air hujan benar-benar mengucur dari langit.
Kawanan burung Srewiti beterbangan mencari tempat yang teduh. Bagi Dan, sesuatu
hal seperti itu bukanlah hal biasa, sejak ia diasuh oleh sang kakek. Sekolah
pun dibiayai kakek. Ia tetap semangat demi bisa menemukan saudaranya yang
hilang atau setidaknya bisa mengetahui kabar pasti tentang mereka.
Sepuluh tahun lebih lima bulan lima hari, Dan pamit
meninggalkan kakeknya seorang diri menuju ke Ibu Kota juga hanya seorang diri.
Ia berharap segera mendapatkan pekerjaan dan bisa membantu kakek di kampung.
Sambil mencari pekerjaan yaitu tepat saat Dan berusia 18 Tahun tiga bulan lebih
empat hari. Dan menemukan berita kusam tentang pembantaian suku di suatu
Kampung di Madura. Ya, disitu tersiar jelas bahwa itu lokasi rumahnya Dan. Dan
kaget dan tertarik dengan berita itu, segera ia menelusuri satu demi kata dalam
berita itu.
Tidak puas dengan berita itu, segera ia mencari berita
itu melalui internet, dan benar memang telah terjadi pembantaian. Pembatantaian
itu ternyata dimotori oleh para Teroris.
Tampak mencengangkan, Dan masih punya harapan. Bahwa
salah satu korban masih selamat dalam tragedy tersebut.
Comments
Post a Comment